Selasa, 16 Februari 2016

Cerpen : Pulang

Kuta 12 Februari 2016
Aku melangkah pasti meninggalkan ngurah rai siang ini.
Sedikit letupan semangat seolah membantuku membawa beban berat di pundak.
Kita akan berbicara.. Setelah satu tahun tanpa temu.
Apa kabar cal ?? Apa gunung es itu makin membeku ??
Aku tak berani membayangkan. Walau sikapmu akhir2 ini cukup baik.
Tp aku enggan dipermainkan lg oleh ekspektasi yg berlebih.
Pertemuan Kali ini, aku hanya ingin melepas rindu. Aku takkan pernah lg menghiba padamu tentang rasa. Krn telah jauh aku ditinggalkan asa.
Pukul dua ..
Akhirnya aku sampai di Jakarta.
Kita janji bertemu sore ini Bukan?
Tatapku nanar memasuki kota kita, depok.
Hujan mengguyur tanpa henti.
Aku berjanji bertemu dengan Tante Yanti dan nisa sore ini. Tp sepertinya semua harus ditunda terlebih dahulu.
Tante Yanti ?? Iya ibu mu. Sosok wanita yg paling kau kagumi. Wanita cantik, pintar memasak dan suka membaca yg akhir2 ini terasa tak asing buatku. Kami sering Kali berbincang. Tentang masa kecilmu, tentang buku-buku, tentang masakan. Apa saja. Senang rasanya.
Tapi hujan semakin deras. Beberapa titik Jalan mulai tergenang oleh banjir.
Kita tdk jd bertemu hari ini. Begitu juga pertemuanku dng nisa Dan tante yanti. Padahal aku berharap malam ini, aku menatapmu sedikit saja. Membagi rindu.
Dan yg kulakukan kini, tak sabar menunggu esok..
Depok, 13 Februari 2016
"Gue udah di halte depan timah." Aku memberimu kabar, kau bilang baru saja bangun. Padahal pukul 7 sudah harus di BJB. Aku hanya tersenyum membaca chatmu. Hingga akhirnya kau memintaku untuk menunggu.
Setelah satu tahun, ini Kali pertamanya kita bertemu. Kau nampak sama, tetap separti ical yg melepasku di persimpangan Kala itu. Masih tetap cuek, datar, biasa saja. Sedang aku, sebisa mungkin menyimpan senyum di belakangmu. Cal, kau tau ? Rasa ini tetap sama. Seperti Kali terakhir setahun lalu.
Di rumah sudah Ada mbah. Aku mencium tangannya lembut. Wanita lain yg kau puja selain tante Yanti adalah mbah, aku tau. Kau seringkali bercerita tentang mereka.
"Mau kemana?" Tanya mbah ramah. Aku tersenyum. Canggung rasanya.
"Mau champing sama ical mbah. Ke gunung bunder." Ujarku. Dilanjutkan dengan perbincangan kecil disertai tawa.
"Cla." Suara ical memanggilku dua Kali.
"Sana tuh dipanggil." Mbah mengarahkanku.
"Iya permisi ya mbah." Ucapku pamit menuju teras.
Kau terlihat sudah menurunkan barang-barangku Dari dalam carrier. Mengatur sedemikian rupa. Aku hanya menonton. Ingin membantupun bingung harus mulai dari mana ?
"Sini daypack lo mana?" Pintaku. Ical mengambil daypacknya. Aku mengemasi semua barangku Dan memasukkannya ke daypack. Kami tak saling bicara banyak. Hanya sesekali bercanda. Sudah dari dulu seperti itukan, didekatku kau selalu diam. Berbeda jika dengan Rani Dan yg lainnya. Hanya satu yg membuatku heran, ical tak lagi ketus seperti dulu. Something different with you. Walau aku ngga tau kenapa, semoga akan tetep begitu sampai lusa. Please Kali ini aja Cal, jangan membuat Ku luka dan menjadikan liburanku sia-sia.
Singkat cerita akhirnya kami tiba di gunung bundar, sedari awal ical sudah menunjukan perbadaan sikapnya kepadaku. Teringat di gunung gede kala itu ? ( Baca : YOU ) kuharap Kali ini kaki gunung salakpun akan berbohong kepadaku. Menunjukan Ical yang begitu manis, begitu baik.
"Clara ikut ical ke Bogor ya?" Tiba-tiba sebuah pesan singkat masuk ke what's app Ku. Tante yanti.
"Iya tan." Jawabku singkat.
"Ya ampun pulang jauh-jauh Dari Bali malah naik gunung." Lanjutnya lagi. Aku tersenyum.
"Cuma kemah kok tan. Lgan Ada ical disini aku pasti aman.hehe." kataku lagi.
"Yaudah hati-hati ya. Clara minggu ke Timah lagi ?" Tanyanya kemudian. Aku berfikir sejenak.
"Iya tan, Karena mau turunin barang."
"Oh yaudah sampe ketemu nanti ya. Cla pakai dress ukuran apa ??" Pertanyaan Kali ini membuatku heran.
"S atau M tante." Ucapku. Kemudian tante Yanti mengakhiri chat kami. Aku masih berfikir heran. Buat apa ukuran bajuku ? Tapi ya sudahlah, sekarang aku ingin beristirahat sejenak. Dan berlama-lama memandang ical lekat, diam-diam.
Then its you dude. Kembali seperti ical yg Ku kenal kala itu. Tak salah, walau kadang aku masih terasa canggung. Kau tau, Mata ini seolah tak ingin Ku lepas dari menatapmu. Ingin terus di sisimu. Bercerita tentang apa saja satu tahun tanpamu.
Ah tidak cukup. Itu hanya akan sia-sia. Aku hanya segelintir cerita yg mungkin kau anggap tak pernah Ada. Jauh disana, sudah ada seseorang yg ku jaga hatinya. Ia mencintaiku, ironinya hampir sama baik sepertiku mencintaimu. Dan sama baik seperti kau mencintai wanitamu. Kita hanya tengah hidup dalam labirin aneh dan saling mengejar. Tak pernah tahu jalan mana yg memang seharusnya.
Menjelang sore. Seiring hujan turun semakin deras. Aku mencarimu setelah tadi ke warung dengan Deny mencari signal. Ada pekerjaan penting yang harus Ku kirim sore itu juga via email. Tadinya aku mencarimu, tapi aku sungkan. Tidak melulu harus kau. Semua orang akan melihat, betapa aku tidak bisa jauh darimu sejengkal saja.
Kau tengah berlindung di dalam tenda berwarna biru, aku menghampiri. Kau mempersilahkanku untuk masuk. Seseorang ( yang Ku lupa siapa ) langsung keluar memberi kita ruang. Aku tersenyum canggung.
"Dari mana?" Tanyamu.
"Habis dari warung cari signal." Jawabku singkat. Sambil merasakan migren yg mulai membuat kepalaku berdenyut.
"Kenapa?" Sepertinya kau menyadari sikapku yg seolah menahan sakit.
"Ngga apa-apa kepalanya pusing." Kataku.
"Yaudah tiduran sana." Kau mencarikan tempat yg cukup hangat dan kering di sudut tenda. Aku tersenyum. Teringat sikapmu padaku di gede Kala itu. Aku merebahkan tubuhku. Kau duduk memunggungiku. Menatap hujan yang semakin deras. Aku menatapmu lama lalu bangun dan mendekat. Aku memelukmu dari belakang, kau terdiam. Sesaat kita seolah tak mendengar apapun kecuali hujan, tak melihat apapun kecuali hutan. Mengabaikan dingin yg mulai Turun bersama senja. Hingga hari menjadi gelap Dan tanpa cahaya. Aku masih ingin terus memelukmu, mendengar deru nafas dan melupakan segalanya. Apapun yg menjadikanku sakit setelah itu. Karena esok, ketika matahari mulai meninggi, kau akan kembali menjadi sosok yg hanya layak untuk ku kagumi.
Bogor, 14 February 2016
Akhirnya acara ini selesai dengan menyenangkan. Masih teringat dengan ucapan Alfi ketika membuka acara kemarin. Bahwa mood kitalah yg menentukan menyenangkan tidaknya acara ini. Untuk kasusku, bukan moodku Cal. But Yours. Kalo seandainya kau menyebalkan selama dua hari ini, otomatis akan menyebalkan juga untukku. Dengan kata lain, selain mood ada hal lain yg berperan penting menjadikan sebuah acara menjadi sukses. Yaitu tujuanmu.
Rintik gerimis kembali turun. Semua sibuk merapikan tenda. Para wanita dipersilahkan untuk bergegas ke warung, karena hujan semakin deras.
"Eh main truth or Dare yuk." Aku membuka usul. Semua tampak ikut bersemangat. Truth or Dare adalah permainan menggunakan botol yg diputar. Orang yg ditunjuk oleh bibir botol akan dieksekusi. Hanya boleh memilih truth atau Dare. Jika Truth, kau harus jujur menjawab apapun yang para pemain pertanyakan, jika kau memilih Dare, maka kamu wajib menjawab challenge apapun dari seluruh peserta permainan. Rani, Agustin, Astri, Ayu, Danti ..
Hingga akhirnya bibir botol mengarah kepadaku. Aku memilih truth. Dan dengan semangat 45 mereka langsung menanyaiku tentang berbagai hal. Tentang Ical pastinya. Sedikit ceritaku tentang Ical yang memang tidak pernah Ada kemajuan. Hanya aku yg terus merindu dari hari kehari. Hanya aku yang terus berharap dari waktu kewaktu. Sedangkan dia, mungkin masih akan terus berjuang untuk wanitanya.
"Tapi sebenernya, km ada keinginan buat jadi sama dia?" Sebuah pertanyaan Dari Rani. Aku terdiam berfikir. Mencoba mencari jawaban yang pas. Jika saja semudah aku menjawab 'ingin'.
"Ada hal-hal atau alasan-alasan yang mungkin bikin kita kayanya ngga akan mungkin buat sama-sama. Jadi ya .. Biar aja kaya gini." Jawabku lalu terdiam. Putus asa lebih tepatnya. Berbanding tipis dengan ikhlas.
"Kamu masih baik-baik aja kan sama yang disana." Agustin menambahkan. Aku kembali tersenyum. Seketika aku teringat pada sosok lain. Mungkin saat ini ia adalah satu-satunya pria yang mencintaiku sepenuh hati. Entahlah. Tetap saja seperti ada bagian yang hilang dari satu puzzle yang utuh. Ical.
Akhirnya hujan mereda, kami semua pulang. Di sepanjang perjalanan ical terlihat begitu mengantuk. Aku memulai pembicaraan, apa saja .. Hanya supaya ia tidak mengantuk. Kami berbincang tentang banyak hal. Juga tentang pernyataannya bahwa ia kini tidak sedang menunggu siapapun. Aku menghela nafas. Itu artinya ia sudah tidak sedang menunggu Tere lagi. Dan juga tidak menungguku pastinya. Tidak akan pernah.
Hmmmh.. Sore itu kami terus berbincang, hingga kusadari langit tak lagi biru. Jingga mulai menunjukan pesonanya. Dan di balik semua itu, muncul bersamaan pelangi yang muncul setelah hujan. Setidaknya dalam arti yang sesungguhnya.
"Liat deh, ada pelangi." Ujarku padamu kau hanya terdiam sambil terus fokus menatap jalan di depan. Sedang mataku tak lelah memandang barisan warna indah yang memayungi kita sore ini. Orang bilang, pelangi adalah pertanda baik. Simbol dari kebahagiaan setelah penantian dan perjuangan panjang. Lagi-lagi aku hanya menghela nafas berat. Aku berharap, suatu hari akan muncul pula pelangi setelah penantianku. Dan tak hanya menguap sebagai harap.
Pukul 7.25 kami sampai kembali di Timah. Sepertinya rumah cukup ramai. Ada tante yanti dan Om Heru disana. Aku merasa gugup. Turun dari motor dan memasuki rumah. Nisa dan Tante yanti menyambutku. Aku tersenyum malu. Belum Mandi dan kucal seharian beberapa Kali terkena hujan. Sesekali merapikan rambutku. Menyalami mbah, om Heru dan beberapa orang lain diruangan itu.
"Kakak mau ganti baju di kamar ical?" Nisa menawari. Aku ragu awalnya. Tapi memang sudah tidak nyaman baju yang kupakai. Tadinya mau Mandi juga kalau boleh. Hehe. Tapi aku terlalu sungkan.
Setelah dari toilet, aku memasuki kamarmu. Ini baru pertama kalinya. Aku menutup pintu dan memandang sekeliling. Ini adalah ruangan paling privat dari pria yang paling kucintai. Apa saja yang biasa kau lakukan disini, fikirku.
Aku hendak mengganti baju, hingga akhirnya aku menemukan satu benda tak asing di atas meja. Boneka wisuda buatan tanganku ( Baca : Tentang Hari Ini ) tersimpan rapih dan berada ditempat yang layak. Karena terlalu senangnya, kurasakan sudut mataku basah. Kau ternyata cukup menghargainya. Dan aku merasa apa yang kulakukan tidak sia-sia. Setidaknya, mereka tidak berakhir ditempat sampah, bisiku pelan.
Setelah selesai mengganti baju, datang Ade dan Sugeng. Membawakan satu carrier besarku. Kami menuruni barang dan memakan semangkuk bakso bersama. Singkat cerita akhirnya Sugeng dan Ade pamit berpisah. Jeda beberapa menit om Heru dan Tante yanti ikut pamit pulang. Setelah sebelumnya tante yanti memberiku hadiah sebuah sweater dan dress cantik. Sehari ini, sepertinya Tuhan sudah memberiku hadiah banyak sekali. Setidaknya, malam ini akan berakhir indah. Walau cerita kita, masih akan tetap dengan akhir yang sama.
"Cal, gue juga balik ya. Udah malem." Pamitku. Sambil memasukan beberapa barang yang belum masuk ke dalam Carrier.
"Terimakasih buat semuanya, buat dua hari ini." Lanjutku tulus, sambil terus merapikan carrier. Terimakasih untuk tidak menjadi menyebalkan.
"Terus kapan kita ketemu lagi." Tanyamu menghampiri. Aku berfikir heran.
"Mei atau Juni." Jawabku singkat. Kau mendekat. Freeze, aku seperti membeku superti patung. Kau mendekatkan wajahmu berjarak satu hembusan nafas. Hingga satu kecupan lembut mendarat di bibir.
" Janji ya." Bisikmu. Aku tak sanggup mengatakan apapun. Kecuali berusaha menutupi sudut mataku yang mulai basah. Menjadikan malam itu, 14 Februaryku menjadi lengkap. Gunung es itu mencair. Rasanya ada sesuatu yg hangat memenuhi hati. Seolah bagian Dari puzzle yang hilang telah pulang dan kembali. Tolong cubit aku, mungkin saja ini mimpi.
Aku beranjak pulang, ical mengantarku sampai ke depan rumah. Rasanya ini masih serupa mimpi. Tolong jangan bangunkan aku jika memang aku tengah tertidur saat ini. Seolah rangkaian cerita sebelumnya mengulang-ngulang bagai memory kuno di kepalaku. Anyer, Bekasi, gunung gede dan semua perlakuan ketus dan judesmu padaku. Setidaknya saat ini aku mengerti, gunung takkan pernah berdusta bukan ??
Tiba-tiba aku teringat, di sisi lain seseorang seolah tengah berteriak padaku untuk tersadar. Bahwa di Bali sana, ada seseorang yang tengah menungguku pulang.
Regard
Cla ~