Kamis, 03 April 2014

UNTUK SEBUAH KETEGARAN

23 Januari 2010..

Aku menggenggam tangis
Dan tertawaku karena tangis
Dinding tertawakanku di sendiri
Sedangku meratap padanya untuk tetap mendengar
Hanya dinding yang tak menghujatku

Aku tertawa lagi dalam detik
Sedang suara detak menghantuiku
Ku masih terjaga dalam maya
Gugup tersentak oleh realita
Dan kembali menangis ketika pulang

Langit menjauh…bumi menjauh….
Atas nama malaikat aku tersenyum luluh
Tak teristimewa dalam pendarnya
Gadis bodoh dengan asa, kelak bahagia?
Siapa yang malaikat di sini?
Diantara nyata dan maya
Iblis dengan selimut cahaya tertawakan keraguanku
Sedang embun dalam fajar tak henti-hentinya menghasut
Padahal ikrarku telah menjadi sangkar
Di sini hanya antara aku dan malaikatku….


ketika malam dan sendiri..

 malam tak pernah membuatku mengerti,
berganti fajar dan menyambut mentari..
menanti petang dan senja lagi..
tapi tetap saja kosong tak pernah berganti,
seolah nadi tak punya arti..

aku tersenyum dalam tangis,
mencoba tegar dalam bingar,
siapa yang mampu mengerti..??
sungguh terdiam ku bukan menanti..
mencari makna di setiap asa,
mendekap logika pada semua fakta,
dan mencerna kata yg terkadang hati tak bisa terima..

sudutkan saja aku jauh kedalam rasa.
seperti pekat yang menjadikanku tiada.
seperti mereka dan suara-suara.
atau seperti malam yang tak pernah membuatku mengerti,
seperti sepi yang membuatku kembali sendiri..

11 juni 2011

DALAM DIAM


Dalam diam...
Perlahan ku tengok sejauh mana aku dan langkahku telah berlalu.
menjauh dari hingar bingar hidup yang memekakan telinga,
atau sekedar menepi dari segala asa yg hampir pupus.
ternyata semua tak benar-benar pergi,
trnya tak smua benar-benar ku tinggalkan.
karena nyatanya aku masih disini.
masih dalam sakit yang seringkali membuat ku terlena.
sakit yang seolah menjadi doktrin penguat hidupku dan cintaku.
lantas dimana duka itu?
karena kisahnya telah membuatku terbiasa.
guru pendewasaan diri yang tak ada duanya..
dan semua luka yang ku lebur menjadi cinta,
juga kebahagiaan yang tak biasa ku rasa sebelumnya.
oleh sebuah rasa yang begitu sederhana sekaligus rumit.
sebuah rasa yang ku sebut itu..SYUKUR


Jakarta, 08 desember 2009

- Noura Lestari -