Minggu, 25 November 2018

11 nov 2016

Selamat pagi honey ..
Maaf kalau tiba2 aku hilang.
Maaf kalau tiba2 aku engga ada di manapun.
Tanpa penjelasan ..
Hanya saja jangan cari aku kali ini.
Aku tak ingin kau temui.
Hanya supaya hidupmu baik2 saja. Temuilah wanita normal.
Dan kembali normal.
Entah kenapa aku selalu merasa tempatku memang bukan di sana,
Di sisimu.. setidaknya untuk saat ini.
Hubungan kita sudah tidak sehat.
Bagaimana kita bisa saling mencintai namun juga saling menyakiti.
Berhentilah memperjuangkan wanita sepertiku.
Dicintai saja aku sudah terlalu bagus.
Tak pernah ku bayangkan akan mendapat yg terbaik dari Tuhan.
Biarlah aku mendapatkan yang seharusnya.
Pungguk hanya patut di cintai oleh pungguk. Bukan bulan.
Tenang honey..
Aku bertaruh kau akan baik2 saja.
Mungkin sakit untuk sementara.
Aku percaya ketika kau berkata sangat mencintaiku.
Tapi percayalah ini bagus untukmu.
Beberapa tahun lagi kita akan kembali saling bertemu.
Kau dengan wanitamu, dan aku dengan kebahagiaanku krn membiarkanmu bahagia meski bukan denganku.
Kita akan saling tertawa. Saling bicara dan mengungkap rasa.
Terimakasih karena sudah pergi saat itu, katamu.
Jangan terkecoh jika saat itu aku menangis.
Itu artinya aku sangat bahagia dengan keputusanku saat ini.
Bahagialah ... jd yang terbaik.
Regards,
Me

Minggu, 18 Juni 2017

Permintaan Ketiga

Tak ada bintang malam ini. Hanya remang-remang cahaya bulan tertutup awan. Begitulah gambaran Kief. Hatinya sudah sepi seperti itu, bertahun-tahun. Sejak ayahnya memilih untuk pergi bersama wanita lain. Meskipun ibunya bersikeras membawanya ke Kanada, tempat Kief lahir. Tapi ia justru lebih memilih tinggal disini. Di Indonesia bersama nenek dari ayahnya.
Ia tentu takkan semarah sekarang. Jika saja tiga tahun lalu ia tak mengenal Lucas. Anak sambung dari ibu tirinya. Istri baru dari ayah kandungnya. Lalu pelan-pelan Lucas mulai mengambil semuanya. Gelar MPV yang sudah dua tahun ia pertahankan, kedudukannya sebagai kapten Prima Garuda Muda, kebahagian keluarga kecilnya. Jadi baginya adil jika kemudian ia berusaha merebut cinta yang yang Lucas punya.
Kief kenal betul Lucas. Daripada disebut Ketus ataupun sombong. Lucas lebih tepat dengan sebutan pengecut. Ia pintar menyembunyikan rasa kagumnya pada wanita. Tapi tidak sepintar mengutarakannya. Kief mencium itu.
Serena ialah yang pertama. Kief tidak tahu apa yang membuat rivalnya itu mengagumi Serena. Tak ada yang tahu memang perihal cerita Lucas dan Serena. Padahal gadis itu begitu cantik. Mengingatkan Kief pada Kim Taeyoon, personel SNSD. Tapi tak ada hati baginya untuk Serena. Bahkan gadis itu menangis ketika Kief justru meninggalkannya untuk Arleta. Seolah karma berlaku begitu cepat. Arletta justru memanfaatkannya untuk sebuah ketenaran.
Selanjutnya adalah Terra. Tak jauh berbeda dengan Serena, Terra juga cantik. Ditambah lagi suaranya sangat indah. Terra sedang berada di puncak karir. Wajar jika kemudian Lucas menyukainya. Namun sebuah keberuntungan jika pada akhirnya Terra justru jatuh cinta pada Kief. Persaingan itu begitu kental. Namun sunyi dari jangkauan publik. Kief dan Lucas tentu tak ingin jika pada akhirnya publik tau kenapa persetuan mereka begitu membara bagai sekam tersulut api.
Dan kini Keinarra. Kief ingin tersenyum menyebut nama itu. Keina berbeda dari dua gadis sebelumnya. Bahkan Kief lebih berharap jika Keina tidak menyukai Lucas ataupun sebaliknya. Keina tak ada hubungannya dengan Lucas ataupun semua dendamnya.
Baru kali ini setelah bertahun-tahun hatinya sepi. Baginya Keina adalah percikan hangat di padang salju. Ia tak ingin melepaskan gadis itu. Ada seperti rasa terbiasa saat pertama kali berjumpa. Seolah ayunan kata meluncur begitu mudahnya. Dan Jepang, kata-kata permohonan Keina pada sebilah papan di Fushimi Innari, juga perkataan ibu tua mengenai sepasang maple, Kief tau itu bukan sekedar serendipiti belaka. Tapi kenyataan justru melibatkannya pada Lucas sekali lagi.

***

Keina berlari tergesa-gesa. Dari jauh Lucas menatapnya seolah ingin membunuh. Ia tak lagi memperdulikan rambutnya yang berantakan terhempa angin. Atau bahkan ibu jari kakinya yang sakit setelah terantuk batu tadi.
"Kau mau kabur ya?" Sergah Lucas. Keina berusaha mengatur napas.
"Maafh akuh therlambathh .." jawabnya terengah-engah.
"Aku benci menunggu. Ayo cepat kita bergegas. Kau masih punya tugas untuk menghiburku seharian. Bukan justru membuatku merasa kesal seperti ini." gumam Lucas. Keina berfikir kenapa ia begitu sial bisa menyukai gunung es sedingin Lucas.
Siapa yang menyangka, jika selebihnya ternyata dirinya lebih banyak tertawa hari ini.
"Kau lihat bola-bola itu? Aku bisa menjatuhkan semuanya tanpa satupun tersisa." Ucap Lucas pamer. Keina mencibir tak percaya.
"Paling hanya 2 dari 10 bola." Katanya.
"Hey kau meremehkan ku. Mau bertaruh?Jika aku tidak bisa menjatuhkan semua bola, aku akan memberimu satu permintaan. Namun jika aku bisa menjatuhkan semuanya, kau harus mentraktirku nonton."
"Deal." Keina menyambut antusias.
Tak berapa lama 7 bola telah jatuh dengan sempurna. Bola kedelapan, Keina menggoda Lucas dengan leluconnya dan nyaris saja meleset namun tetap jatuh.
"Hey, kau curang." Sergah Lucas. Keina tertawa terbahak-bahak.
Lucas bersiap melempar bola kesembilan. Suara tawa Keina yang renyah membuatnya bersemangat. Dan bola kesembilan pun jatuh dengan mudahnya. Akhirnya tibalah pada bola terakhir. Lucas bersiap untuk melempar. Tiba-tiba terlintas ucapan Kief yang bersikeras takkan membiarkan Keina menjadi miliknya. Bola kesepuluh melesat jauh. Seketika kata-kata Kief terasa begitu menakutkan dalam benaknya.
"Yeeeey gagal." Keina meloncat kegirangan. Lucas tersadar dari lamunanya. Ia tersenyum melihat Keinarra yang bahagia. Entah kenapa, ia ingin sekali terus meihat Kei bahagia seperti itu.
"Huft, ternyata aku begitu sombong." Ucap Lucas.
"Memang." Balas Keina. Ia tak tahu, ucapan Lucas bukan untuk bola-bola itu. Tapi untuk sebuah gunung es yang sesaat mencair dalam hati Lucas.
"Baiklah. Mari kutraktir es krim." Lucas menarik tangan Keina. Menggenggamnya erat. Hari itu begitu indah. Kadang sesuatu tak cukup hanya mahal untuk terlihat berharga. Nyatanya tawa hari ini menghancurkan sebuah tembok yang beberapa waktu lalu bagai pelerai. Batas antara ego dan sebuah rasa yang begitu jujur. Lucas tau, alasannya mendekati Keina saat ini bukan lagi Kief. Lantaran egonya ingin menunjukan pada Kief bahwa cukup Serena dan Terra. Tapi betapa tawa Keina mencukupinya dari kepuasan ego itu sendiri.

***

"Thanks Kei." Lucas mengantar Keina sampai ke depan rumah. Menghentikan mobilnya di depan pagar. Keina hanya mengangguk. Menyembunyikan hati  yang meledak-ledak bagai kembang api di malam pergantian tahun.
"Oiya kau berjanji akan memberiku satu permintaan. Jangan bilang kalau kau lupa." Keina mengingatkan. Lucas tersenyum menunjukan gigi-gigi putihnya.
"Apa?" Katanya. Menunggu Keina meneruskan kata-katanya.
Gadis itu terdiam. Memandangi wajah lucas dengan sendu.
"Tetaplah seperti hari ini Lu." Ujar gadis itu. Berbeda dari apa yang Lucas kira. Bukan sebuah benda ataupun materi. Menambah deretan kagumnya pada kesederhanaan Keinarra. Keina hendak membuka pintu mobil Lucas. Sebelum akhirnya Lucas tersadar dan menarik tangan Keina. Berharap gadis itu mau di sisinya sebentar lagi.
"Kau tau? Akupun masih punya satu permintaan. Ingat? Permintaan ketiga." Tagih Lucas. Keina mengernyitkan dahi. Lucas mendekatkan dirinya menjadi begitu dekat. Merapikan anak rambut Keina yang mulai tampak berantakan. Sedang cahaya bulan yang sayup-sayup menyelinap dari kaca mobil, membuat wajah gadis itu makin terlihat begitu menawan. Keina merasakan dadanya kian sesak. Jaraknya dan Lucas tak kurang dari hitungan jengkal.
"Permintaan ketiga, jadilah pacarku Kei. Dan jangan pernah pergi." Bisik Lucas di telinganya. Keina masih terdiam tak bisa berkata. Hingga akhirnya Lucas mendekatkan wajahnya. Melumat bibir Keina dan mendekapnya lembut.

Selasa, 07 Februari 2017

Kembalilah..

Untuk kau yang menangis siang itu.
Aku merasakan penyesalanmu sampai kesini. Di dalam dada.
Kau bercerita tentang keluargamu yang sempurna,
Bercerita tentang nilaimu disisi mereka.
Kau tau sayang? Aku makin jauh tiada.

Kau bilang tujuanmu jauh ke sini adalah aku. Sudah ku persiapkan hal ini jauh sebelum kau datang; kau akan pulang dengan kecewa.

Kau tau bagaimana sesalku menarikmu hingga ke titik ini?
Kau meninggalkan segalanya.
Pekerjaanmu, hidupmu, keluargamu.

Ingin rasanya aku berteriak agar kau kembali saja. Sayang.. aku hampir gila.
Melihatmu sendiri sepi tanpa tahu cara membunuh hari.

Ini semua salahku, ini semua karenaku.
Jika saja aku tidak berkeras hati mencintaimu dulu. Mungkin kau sudah bahagia sekarang dengan hidupmu.

Betapa bahagianya aku ada org yang mencintaiku hingga mampu berkorban sebesar ini. Berapa banyak telah kau kehilangan? Berapa banyak yg telah kau tinggalkan?

Disajikan pekerjaan yang bahkan ibumu miris mendengar berapa penghasilanmu sekarang.

Dan satuhal, aku masih bersamanya. Iya yg bahkan sama rapuhnya dengan kau kini.
Kadang aku menangis sendiri.
Kenapa hatiku harus menjadi penopang kalian?
Disaat hatiku justru butuh kaki untukku berpijak.

Malam demi malam aku coba meyakinkan diri,
Kau lah tetap pria yang aku pilih untuk ku nikahi.
Tapi maaf, aku masih belum bisa melepasnya. Karena dia dan aku terlanjur terikat kuat saat kau tiada, bukan.. bukan seperti ikatan kau dan aku. Tapi lebih seperti kekhawatiran yang tak bisa aku jelaskan.

Pulanglah ... bukan menyerah padaku, tapi menyerah pada Tuhan.
Bukan karena aku memilihnya. Tapi karena aku menginginkan kau kembali pada hidupmu seharusnya.

Jalanku masih panjang. Masih terlalu tenggelam pada luka yg pernah tertanam. Kau tak perlu menunggu. Karena aku juga takkan mencarimu.

Kita seharusnya bisa tenang. Dengan hidup yang seharusnya berjalan. Kita seolah telah memaksakan sesuatu yg tengah terlewat. Atau memotong akhir cerita terlalu cepat.

Selasa, 13 September 2016

Renungan Malam

Pukul sekian jam sekian. Lewat tengah malam..

Aku memandangi ponsel. Bagian kecil dari banyak aplikasi chat masa kini. Namamu mulai tenggelam. Tertutup chat lain yg kebanyakan cuma group atau obrolan soal kerjaan.

Aku menatap "last seen" lekat. Berharap berubah menjadi "online" atau "typing". Kutunggu lama tak juga berubah. Ah bodohnya aku, pukul segini biasanya kau sudah terlelap dengan segala mimpi indah mu.

Semua sudah berakhir bukan. Aku yang meminta itu. Tak perduli betapa keras kau mengharapkan sebuah kesempatan. Lalu terfikir kenapa harus seperti itu. Teringat lagi semua yg terjadi antara kita. Ketika jutaan rindu melebur bersama kesal dan sesal. Seketika aku bersyukur ini berakhir. Bukan memang sudah seharusnya seperti itu ?

Ku ambil kotak besar di atas lemari. Aku membukanya perlahan. Ada suratmu disana. Beserta sebuah kalung dengan bandul hati. Setengah saja, setengahnya terbawa bersama kepergianmu. Dan sebuah minyak wangi, yang mungkin dengan sengaja kau tinggal. Yang apabila ku hirup, teringat semua kenangan ketika kau memelukku erat. Atau ketika kita berbicara tentang apa saja, tentang masa depan.. tentang seorang ranu dan jani.

Ah cukup. Aku mengusap basah di ujung mata selalu begitu jika mengingat betapa aku mencintaimu tapi harus tetap melepasmu. Ingat ketika di tepi pantai kita berbicara. Tentang bagaimana tiba-tiba kita menjadi jauh. Dan tanpa bisa kutahan ku jatuhkan air mataku. Sebesar itu aku menahan rasa. Dan salah besar jika kau tuduh aku memilikimu hanya untuk ambisi. Cara berfikirmu terlalu picik sayang. Salah satu yang membuatku takut.

Aku yakin, kau akan bahagia disana, terlepas aku akan butuh waktu lama untuk melupakanmu. Atau aku akan terus tetap merindukanmu sepanjang sisa umurku. Entahlah .. mungkin sampai ada yg mengenalkanku tentang cinta yang lebih besar dari rasaku denganmu..

Selama itu belum terjadi, pursik kuning dikiriku akan tetap pada tempatnya .. menggenggamku, sepanjang jalan. Menuntunku jalan pulang. Seandainya saja kau mau sedikit berfikir positif. Dan tidak melulu berfikir buruk tentang kita dan hidup ini .. seandainya saja kau lebih menghargai keberadaanku dari dulu .. seandainya cintamu setulus cintaku tanpa syarat ..

Seandainya ..

Selasa, 03 Mei 2016

Tentang cinta, dan ada apa dengannya ?

Gue baru aja nonton sekuel film AADC yg ke 2.
not bad lah, buat film lokal nilainya 6 dari 10. walaupun gue ngga tau standard yang dapet nilai 10 itu yang kaya gimana. tapi gue taro film pulau hantu, suster keramas dan horor porno gak jelas yang lainnya di nomor nol koma sekian. haha *ketawa jahat*

Btw ngga biasanya nih gue abis nonton film terus gue review di blog. padahal katanya filmnya biasa aja ?
jadi gini ceritanya. singkat cerita semuanya baik-baik sampe Cinta ( Dian Sastro ) ngumumin perihal pertunangannya. terus dimana yang salah ?
guys kita semua tau gimana kisah Rangga dan Cinta sebelumnya. Dari jaman Cinta masih pake seragam putih abu-abu sambil joget-joget lagu Melly sampe Cinta ditinggal Rangga dan ketemu lagi lewat iklan Line. Bukan hal mudah bagi Cinta buat menghadirkan sosok Trian dan belajar melupakan Rangga. dan jauh disana, ada Rangga yang jelas-jelas cinta banget ama Cinta. ( tet, anda mengulang kata yang sama ) .. haha too much kata cinta. tapi karena beberapa alesan dia harus mutusin cintanya Cinta. ini jelas, keduanya saling mencintai tapi tidak bisa saling memiliki. dan Trian ? kasian ya perannya ada cuma supaya kisah cintanya Cinta sama Rangga lebih dramatis.

Right, selalu ada sosok seperti Trian.. selalu ada..

Coba liat dari sudut pandang Rangga.. ya sih pasti ngebeban banget kalo lo ngerasa hidup lo berantakan. tapi disisi lain lo sadar ada cinta yang harus lo pertanggung jawabkan.
salute. gue suka part ini. beginilah film cinta yang seharusnya. realistis. jangan melulu dibuai dengan hal-hal instan yang apa-apa langsung ada. dan bukan hal yang mudah kalau akhirnya Rangga punya caffee sendiri ( Join sich ) di New York. pasti dalam perjalanannya, Cinta ambil bagian jadi motivasi hidup Rangga. Supaya bisa membahagiakan, supaya bisa berjalan sejajar dengan Cinta yang sukses dan berpendidikan tinggi. hmmmh gue tau ngga enak banget jadi momok yang selalu dibandingkan.
tapi ya begitulah hidup.. in the end padahal walaupun seandainya misalkan andaikata Rangga akhirnya tetep ngga sama Cinta, minimal dia punya caffee di New York. gue juga mau. haha.

dan Cinta ?

Bukan hal mudah untuk melupakan. apalagi waktu Cinta cerita tentang New York dan saat itu mereka merasa jadi pasangan paling sempurna ?
Bahkan waktu Cinta dapet surat dari Rangga yang memintanya untuk menemukan pria lain yang mungkin bisa lebih membuatnya Bahagia, lo fikir itu gampang ?
dan entah kenapa kalimat Rangga rasanya ngga asing gue baca. dulu juga gue pernah dapet kalimat itu dari Ical, waktu dia nyuruh gue buat cari kebahagiaan lain sampe akhirnya gue ketemu sosok Ridan.

Cinta yang kamu lakuin ke Trian itu jahat !!!

seharusnya itu jadi dialog Cinta waktu bilang ke Rangga karena Rangga pergi gitu aja tanpa penjelasan.
dan seharusnya Cinta belajar dari Carmen yang hancur ketika cowonya pergi demi wanita lain.

true !!

seseorang yang meninggalkan seseorang demi seseorang lain selalu dibilang jahat.
lalu gimana kalo kasusnya kaya Cinta. ketemu masalalu terus dicium diem aja ?
kenapa penonton malah dukung Cinta buat balikan sama Rangga ?
mereka ngga paham ya kalo itu salah ?

PENONTON, YANG KALIAN LAKUIN KE TRIAN ITU JAHAT !!!

Terus menurut lo Cinta harus gimana ?
tetep milih Trian lalu mengabaikan Rangga ?
ah no .. kalian tau cintanya Cinta cuma buat Rangga.
tapi gimana ceritanya kalo nyatanya Cinta udah terlanjur nyaman sama Trian ?

enak banget Rangga, udah mengacuhkan Cinta sekian lama karena persepsi sendiri takut ngga bisa bahagiain Cinta, tapi tiba-tiba dateng dan mau milikin Cinta sekali lagi.

mas .. mas .. kalo mau nikung juga liat spion kali.

kasian ya Trian. tapi ya itu lah cinta, harus ada yang berkorban.
gue jadi inget Ridan. dan malem dimana dia harus nangis-nangis bilang ini ngga adil.
gue jadi berfikir.. apa yang dilakukan Cinta pergi ke Jogja itu salah?
dan apa yang gue lakukan pergi ke Bunder buat ikutan ICI Adv Depok juga salah?
lalu kenapa Cinta diem aja waktu dicium Rangga?
eh ngga sih, setelah gue inget-inget ternyata Cinta yang cium Rangga.
dan setelah gue inget-inget, gue yang meluk Ical dari belakang waktu di tenda..

tarus gue harus nyalahin siapa ? Riri Reza atau penulis skenarionya ?

seandainya Rangga ngga pernah mengacuhkan Cinta.
seandainya Cinta mau sabar dan nunggu Rangga.
sehingga ngga ada sosok Trian.

atau

Seandainya Cinta ngga usah ke jogja.
sahabatnya Cinta ngga usah ikut campur.
Cinta kekeuh sama pendiriannya buat anggap masalahnya dengan Rangga sudah DONE.
Sehingga Cinta hidup bahagia sama Trian

cuma kenapa ya ? kadang hidup suka jadi lebih dramatis gini..
kadang seolah Tuhan setting kita buat lebih banyak belajar lagi.

tapi gimana kalo ternyata Rangga cuma ujian cintanya Cinta dan Trian ?
kalo orang bilang : Ujian pra nikah.

atau gimana kalo ternyata Trian justru yang jadi cobaan Cinta sebelum dapetin sosok yang cintanya ngga perlu lagi dipertanyakan kaya Rangga ?

ada jaminan kalo Cinta nikah sama Trian akan jadi lebih bahagia ?
atau ada jaminan kalo Cinta nikah sama Rangga akan damai sentosa ?

kok gue jadi ribet banget ya ?
Entah lah ...
yang jelas ..

memang sangat menyenangkan ketika mencintai orang yang selalu kita dambakan.
terlebih dia yang punya banyak kesamaan.
tapi gue tau rasanya jadi Cinta ketika ketemu lagi sama Rangga.
seolah lo lupa segalanya. seolah Rangga memang diciptakan include dengan magnet khusus buat Cinta.
taukan rasanya nunggu begitu lama?
diliatin juga di beberapa Scene Cinta tetep ngerasa kosong dalam keramaian saat ngga ada Rangga.

gue pernah kaya gitu.. setahun ? lebih ..

cuma dia.

Pria yang mau gue rawat sampe tua.
Bikinin kopi setiap pagi.
diriin tenda dan hunting tempat-tempat baru.
cerita seru tentang novel fiksi.

cuma Ical dan akan selalu Ical..

tapi..

Riri Riza curang.. dia ngga nanyangin Part dimana Cinta harus tega bilang ke Trian..
kalo dia cuma cinta sama Rangga.

apa Trian nangis ?
lalu apa rahasia Cinta bisa begitu lapang meninggalkan orang yang hampir ia nikahi ?

ah ngga .. bukan Cinta, bukan Trian.. bukan Rangga.. tapi Riri Reza yang pecundang.


Regards, Cla


Jumat, 01 April 2016

Jarak VS Ragu

Masuk bulan kedua ..

Masih kaya mimpi bisa pacaran sama idola. Atau dalam hal ini konteksnya ; pacaran sama orang yang udah lama lo idam-idam kan ..

Ical..
Jujur makin kenal sama dia, makin banyak surprise yg gue dapet. Ical yg gue kira dulu dingin, ternyata hangat dan penuh kasih sayang. Ya, dia nunjukin banget kalo dia sayang sama gue. Sedangkan gue ? Hmmmm gue gak tau kenapa dia kadang masih ragu. Dia harusnya tau kalo gue udah milih dan dia adalah orangnya. Kadang terkesan agak posesif but .. Masih under control sih .. Alias Ngga over.

Wajar ?? Banget !!!
Kita kepisah more than a hundred kilometers antara Jakarta Dan Bali ..
Yg hubungin kita cuma gadget sama Tuhan. Curiga, cemburu, kangen, signal jelek, Pulsa abis, kuota bapuk, hape lowbath, jenuh .. Itu semua cuma partikel kecil setannya LDR. Kalo org bilang kuncinya cuma satu; saling percaya. you wrong !!

Banyak banget sis yang harus lo lakuin buat jaga hubungan LDR biar baik-baik aja..

Pengertian ??
Iya.. Banget !! Gue harus ngerti kalo dia lg cape pulang kerja dan lebih milih istirahat ketimbang what's app gue sekedar nanya "lagi apa ?"..
Gue harus ngerti saat dia lagi bete Karena kerjaan tapi kita nyaris mati Karena kangen.
Untungnya ical bukan orang yang kaya gitu. Kita saling membiasakan diri buat keep contact sesibuk apapun kita. Selelah apapun kita. Butuh ucapan lebih dari sekedar terimakasih buat itu semua :))

Percaya ??
Positif thinking lebih tepatnya. Percaya Ngga bisa cuma dari satu sisi. Harus ada  sisi lain yang berusaha untuk jujur. Kalo dia udah nyoba percaya tapi gue nya bokis mulu, trs apa yg mau dipercaya ??
Masalahnya polafikir orang itu Ngga bisa ketebak. Jadi ya percaya aja. Lo Ngga bisa buktiin apa-apa kecuali Tuhan punya kuasa.

Tujuan !!
Adalah salah satu penguat gue buat terus fight sama kisah ini.
Ical adalah orang yg gue mau. More than just "fall in love" .. gue percaya sama dia bisa jadi pelabuhan terakhir gue. Yess dude, nikah !!!

Jujur, cinta ini .. Beda sama cinta-cinta sebelumnya.
Gue Ngga pernah nyesel kenapa harus kenal orang lain dulu sebelum akhirnya sama dia. Karena gue yg sebelumnya lebih childish, cemburuan, tukang ngambek .. Lalu Tuhan ngajarin gue pahitnya kehilangan.
Cinta Kali ini Ngga terlalu besar, Ngga menggebu-gebu .. Tapi stabil. Datar. Dan kuat.

Gue bener-bener di orientasi bngt Soal hubungan sebelum sama dia. Banyak pengalaman ?? Ngga juga sih .. Lebih tepatnya banyak belajar.
Mantan yang bener-bener gue cinta bisa keitung pake jari. Tapi setiap hubungan yang gue jalani Selalu aja ngajarin banyak hal. Sampe akhirnya .. Saat Tuhan berfikir cinta gue cukup bisa dikatakan dewasa, Dia menghadirkan Ical ..

Tapi, ah entah gimana ngomongnya. Ada luka begitu besar yang jelas Ngga akan pernah hilang dari perjalanan sebelumnya. Rasa trauma yang seperti mimpi buruk yang bisa muncul kapan aja.
Pernah Ada yang amat sangat over protective, dulu. Dan sekarang setiap ketemu cowo yang macam itu rasanya .. Ah again. Bahkan gue rela Ngga punya hubungan lagi sama siapapun itu dari pada harus punya cerita yang sama. Oke skip kembali ke ical.

Gue sadar banget cinta aja Ngga cukup buat berjuang dalam bahtera yang namanya pernikahan. Gue lagi belajar banget supaya jadi orang yang pantes buat dia. Minder ?? Pasti .. Dari dulu gue Selalu ngerasa jalan di belakang dia. Bukan disamping. Seringnya terngiang fikiran kalo gue bakal ngecewain dia padahal banyak perempuan yang lebih pantes.

Cinta ini kuat, sekaligus lemah ..

Karena nyatanya gue udah sampai dimana mencintai seseorang dengan ikhlas. Ya .. Dengan atau tanpa dia jadi milik gue, jauh di lubuk hati ini .. Selalu ada tempat buat seorang Muhammad Faisal ..

Alesan kenapa gue nulis ini, adalah Karena gue baca blognya tentang gue.. ( Tapaklebah.blogspot.com )
Mungkin tulisan ini Ngga menjawab dan juga ngga bermaksud ngeyakinin. Cuma mau share aja ..

Bahwa ... Sekian banyak yang aku lewatin demi km. Sekian banyak waktu yang aku gunakan untuk nunggu km. Sekian banyak air Mata yang terkuras untuk membuktikan bahwa cuma kamu..
Aku Ngga akan nyerah cuma Karena jarak. Aku Ngga akan ragu cuma Karena waktu.

You know how much I love u and only you.. :))

Minggu, 20 Maret 2016

FINALLY, PENGAKUAN..

Hari, hari yang indah as your girl. Ya sekarang kita telah menjadi sepasang. Lebih Dari yang aku fikir, kau jauh lebih dari sekedar perhatian. Sedikit protektif tapi kufikir saat ini masih dalam porsi yang wajar. Toh aku juga takkan pernah mencoba untuk mendua. I'm yours honey.

Sayangnya kebahagiaan ini tidak dapat sepenuhnya, kita masih terpisah jarak cal. Komunikasi intens via telpon genggam adalah satu-satunya cara agar kebahagiaan itu dapat kita bagi bersama. Bagi Ku itu bukan masalah, mengingat satu tahun lebih aku telah menunggumu.

Oiya, meski begitu.. Aku masih tetap rajin mencari beritamu lewat sosial media. Apa saja. Salah satunya blog. Apakabar dng blogmu. Sudah beberapa pekan ini aku tidak membukanya. Ternyata sudah Ada tulisan baru.. Tere. Nama pertama yg ku baca. Seketika aku kehilangan senyumku. Seperti ketakutanku, aku Selalu berfikir.. Kau masih merindukannya ..

FINALLY, PENGAKUAN..

28 Mei 2015..

"Happy birthday, re. All the best for you, barakallah."

Gue memulai chat dengan cewek yang sudah 1,5 tahun lebih jadi penghias hati dan angan gue. Hari itu tepat dia berulang tahun yang ke-21. 

"*sending picture*" 

Ngga lupa gue kirim foto ucapan dari puncak Rinjani yang gue titip ke temen gue. Cukup lama gue nunggu sampe akhirnya dia bales.

"Makasih ya mas. Masih inget ulang tahun aku.", balasnya singkat.

Hehe mana mungkin aku lupa, batin gue dalam hati.

"Makasih ya mas fotonya. Habis naik gunung lagi mas?", tanya nya. "Iya re", jawab gue sekenanya. Iya, gue bohong. Foto itu tulisan yang gue titip ke sohib gue pas dia ke Rinjani.

"Gimana kuliahmu? Lagi sibuk-sibuknya ya? Aku liat kamu lagi nyusun skripsi", tanya gue lagi, basa-basi.

Lama chat gue itu ngga dibalas sama dia. Ngga berasa udah menjelang sore.

*skip*

"Iya nih mas", jawabnya singkat. Tanpa ada embel-embel pertanyaan balik atau kalimat pelengkap lainnya. Gue udah terbiasa dengan hal kayak gini. Chat gue yang dibales sekenanya.

"Semangat re, semoga cepet selesai terus lulus deh", balas gue lagi.

Kali ini cuma di-read, tanpa ada balasan. Gue pejamkan mata, menghela nafas panjang. Saat itu gue sedang berdiri sambil senderan di dalam commuter line. Ngga penuh sih, cuma ngga dapet tempat duduk aja. Cukup lama gue memejamkan mata, pikiran gue melayang ke 1,5 tahun belakangan semenjak gue kenal dia. Tere.

Suara-suara tanda pengibaran bendera putih terdengar bising di telinga. Bukan, di dalam batin gue. Terlebih lagi kenyataan tentang kehidupan dia yang begitu berbeda dari gue. Sore itu keputusan gue udah bulat. Gue mundur.

"Bangsat, kalah lagi gue...", maki gue pelan sambil menjedotkan kepala belakang gue dua kali ke pintu kereta. Tapi tidak cukup pelan karena ibu-ibu, bukan, mba-mba yang duduk tepat di samping gue berdiri sempat menoleh dan ngeliatin gue. Bodo amatan lah, ngga kenal ini.

Turun dari kereta di Stasiun Tanah Abang, sambil nunggu kereta selanjutnya (gue transit doang di tenabang) gue masih sempet membatin," Sampai ketemu lagi suatu saat nanti re, mungkin aku sama tulang rusukku dan kamu bersama imam-mu. Entah kapan."

Dan gue teringat chat gue dengan seseorang dulu yang akhirnya gue sesali.

*SKIP* *SKIP* *SKIP* 

Setelah itu, semua berasa normal kembali buat gue. Ngga ada lagi harap berlebih, yang ada hanya belajar untuk bangun kembali. Jujur, masih susah sih nerimanya. Bukan karena dia udah punya pacar, juga bukan karena sikap dia ke gue yang 'biasa aja'. Tapi karena gue mundur bahkan sebelum gue ungkapin perasaan gue ke dia. Ya, gue pecundang.

Hari-hari berikutnya gue lalui seperti biasa. Ngirim CV sama application letter kemana-mana, nongkrong, ngurusin komunitas yang udah ngambil setengah hidup gue hahaha, dan sesekali stalking.

Karena stalking itu juga gue jadi sadar. Waktu itu gue baca postingan salah satu cewek yang deket sama gue. Udah dari lama dia bilang sayang ke gue. Selama itu pula gue keukeuh dengan penolakan-penolakan gue. Alasannya? Ya itu, Tere. Tapi kali ini rasanya beda. Padahal dia udah punya cowok, tapi tetep aja dia masih sayang sama gue. Gue sangat menghargai itu. Jujur, gue juga peduli sama dia. Tapi gue takut nyakitin dia kalo terus-terusan begini. Gue salut sama dia, berani ngungkapin isi hatinya ke gue. Sedangkan gue? ngga usah dibahas. Gue culun.

Flshback ke belakang, gue deket sama Dara awalnya pas di Anyer, acara ulang tahun komunitas gue. Gue biasa aja, ternyata dia nganggapnya beda. Dia baik sama gue, care sama gue, sama adik gue juga dia deket. Tapi ya gitu, tembok bernama Tere bikin gue ngga bisa ngeliat kemana-mana lagi. Tapi yang namanya naluri ngga bisa dilawan. 

Menjelang ulang tahun Dara 8 Desember 2014 lalu, dia minta gue buat nemenin dia naik Gunung Pangrango. Gue iyain. Gue juga udah kangen sama Mandalawangi, tempat favorit gue. Berangkatlah gue hari Sabtu tanggal 6 Des 2014 bertiga, gue , dara, dan satu orang temen SMA gue yang udah kawak naik gunung dan seorang selebtwit, Rene.

Singkat cerita, di jalur menjelang pos kandang badak otot paha gue ketarik. DUA-DUANYA! Gue paksain sampe badak, baru gue cerita ke dara dan rene. Akhirnya kita memutuskan untuk camp di badak aja, mengingat kondisi paha gue yang bangke bener dan track Pangrango yang di atas kategori lumayan, kita ngga maksain buat lanjut ke sana. Ditambah hujan deras yang turun, menambah kuat keputusan kita buat ngga summit.

Kayak tadi yang gue bilang, naluri ngga bisa dilawan. Di tenda, saraf-saraf gue seakan gerak sendiri tanpa diperintah. Gue peluk Dara yang tidur di sebelah gue. Gue jaga dia, gue care sama dia. Waktu itu pengen banget rasanya gue cium dia. Tapi niat itu gue urungkan. Keberadaan Rene gue bodo amatin, dia juga ngerti kok. Cuma nyengir doang ngeliat gue gitu haha. Saat itu, gue bener-bener lupa sama yang namanya Tere.

Senin, 8 Des '14 gue sama Dara summit. Ke Gede, ngga ke Pangrango. Rene ngga mau ikut, bosen dia ke Gede. Dia lebih milih jagain tenda dan masak, sambil ngobrol sama penunggu-penunggu di sana yang dari semalem ngedatengin tenda gue. wkwkwkwk.

Sepanjang jalur gue ngerasa excited banget, tapi ngga gue tunjukin. Karena itu hari senin, maka pendaki sepi. Cuma ada beberapa pendaki yang kita temui. Kadang di jalur 'dagu ketemu dengkul' gue bantu dia buat naik, gue tarik tangannya.

Sampai di batu gantung, kita berenti. Ngga ngelanjutin buat ke puncak. Kita nikmatin pemandangan dari sana. Udah 3 kali ke gede, dan itu adalah pemandangan terindah selama gue ke sana. Cerah. Dara seneng banget waktu itu, dan gue juga seneng banget bisa nyenengin orang dihari jadinya. Tapi lagi-lagi ngga gue tunjukin.

*SKIP* *SKIP* *SKIP* *SKIP* *SKIP* *SKIP* *SKIP* *SKIP* *SKIP* *SKIP* 

Setelah dari Gede, Dara makin intens chat gue. Dan seperti yang udah-udah, gue kembali seperti gue yang diceritakan di atas.

17 Des '14 gue wisuda. Gue dapet hadiah boneka wisuda dari Dara. Gue seneng. Boneka buatan tangannya sendiri dan gue sangat menghargai itu. Gue jaga boneka itu baik-baik. "Dar, lo ngga harus ngelakuin ini semua", kata gue dalam hati, disela-sela chat gue sama dia untuk bilang terima kasih.

Hari-hari selanjutnya masih berjalan seperti biasa, datar.

Januari 2015, gue lupa tepatnya tanggal berapa.

Gue dapet kabar dari Dara kalo dia di mutasi ke Bali. Gue cuma senyum. Entah kenapa, saat itu itu terlintas pikiran kalo gue bakal kehilangan sesuatu. Tapi pikiran itu segera gue abaikan. Sebelum dia berangkat, dia sempet minta gelang prusik warna kuning yang melingkar di perhelangan tangan gue. Gelang itu gue bikin sendiri dari tali prusik tiga ribuan yang gue beli di toko Outdoor.

Dua hari sebelum dia berangkat (kalo ngga salah) gue sama dia nobar Inter ke ICI Regional Jakarta. Gue boncengan sama dia. Hari itu mungkin terakhir kali gue ketemu sama dia sebelum dia berangkat ke Bali. Sebenernya dia minta gue untuk nganterin dia ke bandara, tapi gue tolak. Saat itu gue mikir kalo gue nganterin dia, yang ada nanti dia malah semakin berat untuk ninggalin Jakarta. Mungkin pemikiran gue aja, tapi gue tetep yakin sama opini gue itu. Singkat cerita, akhirnya dia berangkat ke Bali. Di sana juga dia masih intens hubungin gue meskipun gue masih jawab singkat dan seadanya, seperti biasa. Di status medsosnya juga dia masih sering nulis tentang gue. Dan respon gue masih sama..~

1 Februari 2015 di tempat futsal

"Sal, nih ada titipan", panggil Intan dan Riyan sembari ngasih bingkisan ke gue.

"Apaan nih bay?", tanya gue.

"Udah buka ajaaaa", kata Intan.

"Cieee elaah....kiw..kiww..", goda Richard sambil nyolek-nyolek pinggang gue.

"Hiiiihh ngapain si nyolek-nyolek emang gue cowok apaan", kata gue sambil buang muka, anak-anak pada ketawa. Dan cie cie pun berkumandang dari segala penjuru bumi.

Di rumah gue buka bingkisan itu. Isinya satu jersey dan satu kaos. Gue baca ucapan ulang tahun dan doa-doanya. Gue cuma bisa tersenyum, tulus dan tanpa sadar. Kado itu dari Dara, yang udah diperisiapkan dari sebelum dia berangkat ke Bali. Gue ambil selotip dan gunting, kertas itu gue tempel di balik pintu lemari gue. Tepat di samping tulisan waktu dia ngasih boneka wisuda, last December.

Gue chat dia untuk sekedar berterima kasih dan nanya kabar dia. Setelahnya, gue terdiam. Gue keingetan sama kata orang tua dulu, kalo ngasih baju ke orang nanti bisa bikin hubungan malah ngejauh. Gue sih ngga percaya. Tapi dulu pernah ngalamin sendiri. Gue inget dulu pernah ngasih baju ke cewek gue, dan 2 bulan setelahnya kita putus. Hal itu terjadi lagi.

April 2015

Dara chat gue dan dia cerita kalo di sana banyak cowok yang deketin dia, dan udah ada yang nembak dia. Dia nanya harus jawab apa dan dia sekali lagi nanya ke gue apa ada tempat di hati gue buat dia. Jawaban gue masih sama, ngga ada (dan gue tau jawaban gue itu bohong). Sejujurnya di sudut hati gue ada ruang kecil untuk dia. Cuma gue yang terlalu naif untuk membuka pintu ruangan itu dan memilih untuk mengabaikannya.

"Keputusan ada di tangan lo dar. Karena lo yang bakal jalanin", begitulah kira-kira chat gue ke Dara. Chat yang akhirnya gue sesali. Waktu itu kalo gue bilang jangan terima, berarti gue jahat. Gue ngelarang dia buat jadian sama orang tapi gue sendiri masih mengabaikan ruang di hati gue duat dia. Dan Dara akhirnya nerima orang itu.

HAAHAHAHA JEALOUS MAH JEALOUS AJA NJING. MAKANYA NGGA USAH MUNA PAKE BALES SOK BIJAK SEGALA. LO SENDIRI SAMA TERE NASIBNYA GIMANA BANGSAT PAKE SOK NOLAK ORANG SEGALA. Pikiran itu melintas begitu saja di otak, kayak bisikan dari another side of me. Gue cuma bisa ketawa getir. Padahal waktu itu gue lagi nongkrong sama anak-anak Karang TAruna di Komplek, tapi gue kayak lagi ngerasa sendirian. Gue kehilangan~

Ironi memang. Karena bulan selanjutnya gue mundur dari perjuangan gue sendiri sebagai the loser one. 

Hari - hari selanjutnya gue inget terus sama Dara. Tapi gue fair. Gue tau dia udah punya orang, dan bukan tipe gue ngambil-ngambil punya orang. Ibarat main bola, ada seorang pemain lawan tergeletak di lapangan tapi wasit bilang play on, bola ada di kaki gue dan tinggal gue tendang pasti gol. Tapi ngga gue lakuin itu. Bola gue tendang jauh keluar lapangan~

*SKIP* *SKIP* *SKIP*

31 Januari 2016

Gue nerima kado dari Dara. Isinya jaket. Tau aja gue lagi butuh jaket dan emang niat mau beli heheheh. Kayaknya ikatan batin kita kuat nih wkwkwkwk. Gue chat dia untuk say thanks dan nanya kapan balik ke Jakarta. Dia bilang tanggal 12 Feb, karena mau ikut acara komunitas kita.

Gue seneng.

13 Feb 2016

"Guuuu gue udah di halte nih". Gue baca chat dari Dara. 

"Iya ni gue jalan", balas gue.

Hari itu gue sama Dara ikut camping di Gunung Bunder.

Sore hari di tenda, dara nyamperin gue. Gue yang dari tadi duduk sendiri akhirnya ada temen. Baju sama celana setengah basah karena ujan ujanan bikin jalur air di sekitaran tenda-tenda. Dia bilang dia migrain, gue suruh tiduran.

Gue masih duduk tepat di pintu tenda yang terbuka lebar, memandang hujan dan beberapa temen gue yang masih strong bikin jalur air, dengan sebatang rokok terselip diantara jari. Tiba-tiba sepasang tangan meluk gue dari belakang. Dara meluk gue dan membenamkan wajahnya di punggung gue.

DHEG. Gue narik nafas panjang bersamaan dengan asap rokok yang memenuhi paru-paru. Gue pejamkan mata dan melepaskan asap yang gue hirup, gue sandarkan kepala gue di kepalanya. Ngga ada lagi perdebatan di hati dan otak gue. Gue berbalik, gue kecup keningnya.

"Gue sayang lo dar. Sayang banget..", ungkap gue dalam hati. Lagi-lagi, gue terlalu pengecut untuk ungkapin langsung.

Malam sebelum dia balik ke Bali, akhirnya gue bilang ke dia. Meskipun hanya lewat chat.

Satu kalimat sederhana paling jujur dari gue malam itu.

Satu kalimat yang udah sekian lama gue abaikan.

Kalimat yang seharusnya gue katakan dari dulu.

"Gue sayang lo."


Untuk semua waktumu yang terbuang,
Untuk segala rasa yang terabaikan,
Untuk air mata yang tak jemu membasahi pipimu,
Demi masa depan yang tengah kita rangkai.
Thank you for loving me. I love you too, dar(l).

- Your Bee

Haru. Hingga kata terakhir Ku baca, aku masih terisak. Catatanmu Kali ini, membuatku flashback ke belakang. Tentang hari-hariku merindukanmu kini telah berakhir manis.
Aku tau sejak di anyer Kala itu, sejak malam terindah ku 8 desember 2014 di gede, sejak aku memimpikanmu pulang Dari Bekasi.. Kau adalah satu-satunya sosok yg aku tunggu.
Dan malam ini aku kembali menangis, Karna bahagia akan meninggalkan duka. Jika org berbicara tentang indah pada waktunya, inilah Cara Tuhan memberiku bahagia.

Puji Syukur ya Rabb :))