Serena ialah yang pertama. Kief tidak tahu apa yang membuat rivalnya itu mengagumi Serena. Tak ada yang tahu memang perihal cerita Lucas dan Serena. Padahal gadis itu begitu cantik. Mengingatkan Kief pada Kim Taeyoon, personel SNSD. Tapi tak ada hati baginya untuk Serena. Bahkan gadis itu menangis ketika Kief justru meninggalkannya untuk Arleta. Seolah karma berlaku begitu cepat. Arletta justru memanfaatkannya untuk sebuah ketenaran.
"Kau mau kabur ya?" Sergah Lucas. Keina berusaha mengatur napas.
"Maafh akuh therlambathh .." jawabnya terengah-engah.
"Aku benci menunggu. Ayo cepat kita bergegas. Kau masih punya tugas untuk menghiburku seharian. Bukan justru membuatku merasa kesal seperti ini." gumam Lucas. Keina berfikir kenapa ia begitu sial bisa menyukai gunung es sedingin Lucas.
"Kau lihat bola-bola itu? Aku bisa menjatuhkan semuanya tanpa satupun tersisa." Ucap Lucas pamer. Keina mencibir tak percaya.
"Paling hanya 2 dari 10 bola." Katanya.
"Hey kau meremehkan ku. Mau bertaruh?Jika aku tidak bisa menjatuhkan semua bola, aku akan memberimu satu permintaan. Namun jika aku bisa menjatuhkan semuanya, kau harus mentraktirku nonton."
"Deal." Keina menyambut antusias.
Tak berapa lama 7 bola telah jatuh dengan sempurna. Bola kedelapan, Keina menggoda Lucas dengan leluconnya dan nyaris saja meleset namun tetap jatuh.
"Hey, kau curang." Sergah Lucas. Keina tertawa terbahak-bahak.
Lucas bersiap melempar bola kesembilan. Suara tawa Keina yang renyah membuatnya bersemangat. Dan bola kesembilan pun jatuh dengan mudahnya. Akhirnya tibalah pada bola terakhir. Lucas bersiap untuk melempar. Tiba-tiba terlintas ucapan Kief yang bersikeras takkan membiarkan Keina menjadi miliknya. Bola kesepuluh melesat jauh. Seketika kata-kata Kief terasa begitu menakutkan dalam benaknya.
"Yeeeey gagal." Keina meloncat kegirangan. Lucas tersadar dari lamunanya. Ia tersenyum melihat Keinarra yang bahagia. Entah kenapa, ia ingin sekali terus meihat Kei bahagia seperti itu.
"Huft, ternyata aku begitu sombong." Ucap Lucas.
"Memang." Balas Keina. Ia tak tahu, ucapan Lucas bukan untuk bola-bola itu. Tapi untuk sebuah gunung es yang sesaat mencair dalam hati Lucas.
"Baiklah. Mari kutraktir es krim." Lucas menarik tangan Keina. Menggenggamnya erat. Hari itu begitu indah. Kadang sesuatu tak cukup hanya mahal untuk terlihat berharga. Nyatanya tawa hari ini menghancurkan sebuah tembok yang beberapa waktu lalu bagai pelerai. Batas antara ego dan sebuah rasa yang begitu jujur. Lucas tau, alasannya mendekati Keina saat ini bukan lagi Kief. Lantaran egonya ingin menunjukan pada Kief bahwa cukup Serena dan Terra. Tapi betapa tawa Keina mencukupinya dari kepuasan ego itu sendiri.
"Oiya kau berjanji akan memberiku satu permintaan. Jangan bilang kalau kau lupa." Keina mengingatkan. Lucas tersenyum menunjukan gigi-gigi putihnya.
"Apa?" Katanya. Menunggu Keina meneruskan kata-katanya.
Gadis itu terdiam. Memandangi wajah lucas dengan sendu.
"Tetaplah seperti hari ini Lu." Ujar gadis itu. Berbeda dari apa yang Lucas kira. Bukan sebuah benda ataupun materi. Menambah deretan kagumnya pada kesederhanaan Keinarra. Keina hendak membuka pintu mobil Lucas. Sebelum akhirnya Lucas tersadar dan menarik tangan Keina. Berharap gadis itu mau di sisinya sebentar lagi.
"Kau tau? Akupun masih punya satu permintaan. Ingat? Permintaan ketiga." Tagih Lucas. Keina mengernyitkan dahi. Lucas mendekatkan dirinya menjadi begitu dekat. Merapikan anak rambut Keina yang mulai tampak berantakan. Sedang cahaya bulan yang sayup-sayup menyelinap dari kaca mobil, membuat wajah gadis itu makin terlihat begitu menawan. Keina merasakan dadanya kian sesak. Jaraknya dan Lucas tak kurang dari hitungan jengkal.
"Permintaan ketiga, jadilah pacarku Kei. Dan jangan pernah pergi." Bisik Lucas di telinganya. Keina masih terdiam tak bisa berkata. Hingga akhirnya Lucas mendekatkan wajahnya. Melumat bibir Keina dan mendekapnya lembut.